Tuesday, 16 October 2018

Manusia Bermoral Yang Dirindukan


“Dia mengendarai motor di jalur pejalan kaki”

“Orang itu memotong antrian pembuatan KTP”

“Karyawan itu pulang kerja lebih awal tanpa izin”

Ilustrasi-ilustrasi semacam itu sudah sangat biasa dijumpai dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan tidak menutup kemungkinan malah kita sendiri yang pernah melakukannya.

Tidak diragukan lagi bahwa masyarakat di zaman modern ini sangat kaya akan materi dan inteligensi, semua kebutuhan mereka nampaknya selalu terpenuhi. Orang-orang ber-IQ tinggi dengan mudahnya kita jumpai di mana-mana, orang-orang dengan berbagai keterampilan yang mereka miliki tersebar di setiap sudut bumi, bersaing dan bertarung mengejar rezeki yang telah ditetapkan atas mereka. Standar ketampanan dan kecantikan pun selalu mengalami evolusi dari waktu ke waktu, sehingga manusia berlomba-lomba mempercantik apa yang nampak dari fisik mereka.

Dari sekilas pandang, zaman modern menjanjikan kesempurnaan hidup bagi kita.

Benarkah itu?

Hal yang masih luput dari kita semua adalah moral dan empati.

Dari 3 ilustrasi di awal artikel tadi dapat kita tarik sebuah benang merah, bahwa manusia di zaman ini mengalami krisis moral. Kurangnya moral dan rasa empati dalam diri seseorang mengakibatkan dia tidak peduli lagi dengan orang lain di sekitarnya. Bagi mereka yang miskin moral, berlaku 1 prinsip: “Asal saya senang”. Yang mereka prioritaskan adalah hak mereka, namun berbicara masalah kewajiban dan tanggung jawab mereka, maka hal itu seringkali luput dari perhatian mereka.

Betapa banyak dari kita yang mendambakan seorang pemimpin atau figur teladan yang adil, mengayomi semua orang, jujur dan dapat mengemban amanah dengan sebaik-baiknya. Namun, apakah kita sudah merasa cukup pantas untuk mengharapkan sesuatu seindah itu? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing.

Sejatinya kita harus memiliki moral yang baik, karena itu adalah salah satu harta kita yang berharga dan harus kita rawat dengan baik. Seharusnya kita lebih teliti dalam menjalani kegiatan kita sehari-hari agar kita tidak sampai mengambil hak orang lain. Kita memiliki hak, namun orang lain juga memiliki hak yang harus kita hargai dan hormati. Tanamlah rasa empati dalam diri kita semua, agar kita tidak sampai menzhalimi orang lain, sekalipun kita tidak menyadarinya. Perhatikan kewajiban-kewajiban yang kita miliki, dan jangan sampai kita melalaikannya, barulah kita dapat menjadi pribadi yang baik dan menjadi pemimpin yang baik bagi diri kita masing-masing.

Mengubah dunia menjadi lebih baik itu penting, namun mengubah diri kita menjadi lebih baik itu jauh lebih penting.

No comments:

Post a Comment