Friday, 28 December 2018

Pendekatan Dakwah Masyarakat Berbasis Kota dan Desa

Image source: allahsword.com

Dakwah merupakan hal terpenting dalam ajaran agama, karena dengan berdakwah ajaran agama dapat dilestarikan dan tidak akan hilang. Karena pentingnya dakwah bagi keberlangsungan ajaran agama maka hal ini menjadi perhatian penting untuk bisa mengetahui tata cara dakwah  yang efektif sehingga dakwah bisa diterima di seluruh aspek masyarakat. salah satu dalil yang mengandung perintah berdakwah adalah firman Allah SWT:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi Masa, Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang yang beriman, beramal sholeh, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al Ashr: 1-3)

Dakwah yang efektif  yaitu dakwah yang berhasil dari segi pendakwahnya, materi dakwahnya dan para pemdengar dakwah itu sendiri. Ketiga komponen tersebut harus selalu berkaitan agar  inti dari dakwah tersebut dapat disampaikan secara jelas dan tepat serta tidak mengandung kesalahpahaman antara penda’i, mad’u dan isi dakwah itu sendiri.

A. Dakwah di Masyarakat Pedesaan

Image source: adventure.com

Pengertian dari Masyarakat Pedesaan adalah menurut Paul H. Landis, masyarakat pedesaan  adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah tertentu dan penghuninya mempunyai hubungan erat dan mempunyai perasaan yang sama terhadap adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluargaan di dalam kelompok mereka, seperti gotong royong dan tolong-menolong.

Desa, kampung atau dusun merupakan area pemukiman yang biasa terletak di daerah dataran tinggi dan jauh dari keramaian kota, dengan mata pencaharian yang relatif sama antar warganya seperti bertani, nelayan  dan berternak (lebih mengutamanakan potensi alam), dan sangat bersifat toleran dalam arti sangat mementingkan aspek kebersamaan dan kekeluargaan antar sesama warga di desanya. Dibawah ini merupakan beberapa ciri-ciri masyarakat pedesaan yang akan berkaitan erat dengan penggunaan metode dakwah yang efektif di pedesaan.

Image source: seukee.desa.id

Ada beberapa karakteristik dakwah di daerah pedesaan antara lain yaitu :

1) Metode dakwah yang biasa dilakukan di pedesaan biasanya secara langsung misalnya dengan pengajian, tabligh akbar dan face to face, hal ini disebabkan karena waktu  dan rutinitas yang dilakukan orang pedesaan relative masih rendah atau masih banyak waktu kosong serta sikap individualismenya masih rendah. Dan menjadikan masjid atau musholah sebagai tempat utama dalam berdakwah serta pesantren sebagai tempat utama untuk pendidikan anaknya.

2) Dari aspek penda’i biasanya cenderung lebih bersifat otoriter dalam hal penyampaian materi dakwahnya, hal ini karena sifat mad’u nya yang pasif dan mudah menerima bukan kritikal sehingga dengan sikap otoriter membuat mad’u mudah menerima apa saja yang disampaikan oleh da’i.

3) Materi dakwah di pedesaan biasanya lebih bersifat agamis contohnya seperti: ibadah, fikih, akhlak dan muamalah. Masyarakat pedesaan tidak begitu suka dengan materi dakwah yang disangkutpautkan dengan ilmu teknilogi ataupun politik negara.

4) Citra da’i menjadi hal yang sangat penting dalam menyampaikan dakwah di pedesaan dibandingkan dengan isi dakwah itu sendiri karena sifat masyarakat desa yang sangat menghargai orang-orang yang berilmu dan jiwa sosialitasnyatasnya yang tinggi.
5) Masyarakat di pedesaan lebih menyukai dakwah yang sesuai dengan tradisi mereka yang telah ada, artinya tidak mudah untuk menerima pemahaman baru yang berbeda dengan pemahaman islam yang telah ada di desa tersebut.

B. Dakwah di Masyarakat Perkotaan

Image source: wall.alphacoders.com

Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Selain itu, definisi dari masyarakat perkotaan, adalah sekumpulan orang yang tinggal di suatu tempat yang kehidupannya sudah serba modern.

Dalam hidup bermasyarakat, manusia senantiasa menyerasikan diri dengan lingkungan sekitarnya dalam usahanya menyesuaikan diri untuk meningkatkan kualitas hidup, karena itu suatu masyarakat sebenarnya merupakan sistem adaptif karena masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi berbagai kepentingan dan tentunya untuk dapat bertahan namun disamping itu masyarakat sendiri juga mempunyai berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi agar masyarakat tersebut dapat hidup terus.


Problematika Dakwah Menghadapi Dinamika Masyarakat Perkotaan

Image source: unsplash.com

Dakwah akan berhadapan dengan dimensi masyarakat, yang dari kurun ke kurun berkembang dan memiliki karakternya masing-masing. Dakwah yang efektif tentu harus cerdas dalam memainkan peran dan fungsinya agar fungsi rahmatan lil `alamin yang dipikulnya dapat bekerja optimal. Dengan kata lain, modal dakwah pada setiap zaman tentu akan berbeda, karena mesti dibawakan, dikomunikasikan, disesuaikan dengan karakter zamannya. Pesan Rasulullah SAW sangat jelas, "khotibunnasi ‘ala qodri `uqulihim‘; "khotibunnas ‘ala lughotihim" Dakwah harus mampu berkomunikasi secara efektif, disesuaikan dengan kondisi dan karakter masyarakat yang menjadi obyek dakwahnya.

Bila cara dan muatan dakwah tidak "match" dengan situasi/kondisi dan tuntutan dakwah, sangat mungkin dakwah tersebut ditinggalkan orang.  Aktivis dakwah seharusnya mengenal dan memahami karakter medan dakwahnya. Kehidupan masyarakat di masa dakwah kita adalah masyarakat yang tata dan pola kehidupannya sangat complicated, baik kecenderungan (trend), gaya (style), kebiasaan (habit), ataupun keinginan dan kebutuhan mereka (will and need). Budaya global juga menjadi salah satu pemicu berubahnya secara signifikan pola dan tata kehidupan masyarakat.

Solusi Dakwah Menghadapi Dinamika Masyarakat Perkotaan

Image source: pekanbaru.tribunnews.com

Agar dakwah dalam konteks kekinian dan kedisinian kita dapat berdaya guna dan berhasil guna maka diperlukan para juru dakwah yang professional dengan kemampuan ilmiah, wawasan luas yang bersifat generalis, memiliki kemampuan penguasaan, kecakapan, kekhususan yang tinggi. Orang yang seperti ini adalah orang yang percaya diri, berdisiplin tinggi, tegar dalam berpendirian dan memilik integritas moral keprofesionalan yang tinggi. Untuk menjadi tenaga dakwah yang professional, menurut Prof. Dr. H. Djudju Sudjana (1999), seorang da’i harus memiliki tiga kompetensi, yaitu kompetensi akademik, kompetensi pribadi, dan kompetensi sosial.


Menghadapi mad’u (sasaran dakwah) yang semakin kritis dan tantangan dunia global yang semakin kompleks, maka diperlukan dapat bersaing di bursa informasi yang semakin kompetitif. Ada beberapa rancangan kerja dakwah yang dapat dilakukan untuk menjawab problematika umat:

Pertama: Memfokuskan aktivitas dakwah untuk mengentaskan kemiskinan umat;

Kedua : Menyiapkan profil strategis muslim untuk disuplai ke berbagai jalur kepemimpinan bangsa sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.

Ketiga: Membuat peta sosial umat sebagai sosial umat sebagai informasi awal bagi pengembangan dakwah.

Keempat: Mengintegrasikan wawasan etika, estetika, logika, dan budaya dalam berbabagi perencanaan dakwah baik secara internal umat maupun secara eksternal.

Kelima: Mendirikan pusat-pusat studi dan informasi umat secara lebih profesional dan berorientasi pada kemajuan iptek. Keenam: Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan ekonomi, kesehatan, dan kebudayaan umat Islam.

Sukses tidaknya suatu kegiatan dakwah bukanlah diukur melalui gelak tawa atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengn ratap tangis mereka. Kesuksesan dakwah dapat dilihat pada bekas yang ditinggalkan dalam benak pendengarnya ataupun tercermin dalam tingkah laku mereka. Untuk mencapai hasil yang maksimal, tidak dapat lain dakwah Islam harus dilaksanakan secara efektif. Efektifitas dapat diartikan sampai dimana suatu organisasi dapat mencapai tujuan-tujuan utama yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan proses dakwah, maka efektifitas dakwah dapat diukur melalui tingkat keberhasilan dakwah dalam mencapai tingkat output  sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, yaitu terbentuknya kondisi yang Islami.

No comments:

Post a Comment